Senin, 01 Juli 2013

Arsitektur Cloud Computing


               Berbicara tentang sistem cloud computing, akan sangat membantu bila kita membaginya menjadi dua kelompok, yakni: Front end dan back end. Keduanya terhubung melalui sebuah jaringan internet. Front end terletak pada sisi pengguna atau client. Sementara back end adalah bagian “awan” dalam sistem ini.
                Front end mencakup kkomputer client, dan aplikasi yang dibutuhkan untuk mengakses sistem cloud computing. Tidak semua sistem cloud computing memiliki interface yang sama. Untuk mengakses layanan Web 2.0 seperti email berbasis web hanya dibutuhkan browser biasa seperti Firefox, Internet Explorer atau Opera.
                Namun ada pula sistem cloud computing yang memiliki aplikasi sendiri (proprietary) yang harus diinstal di computer client. Sementara itu, pada sisi back end dari sistem cloud computing terdapat beragam computer, server, dan sistem penyimpanan data, yang kesemuanya menciptakan “awan” bagi layanan komputasi
                Secara teori, sebuah sistem cloud computing mencakup semua program computer yang dapat anda bayangkan, dari data processing hingga video game. Biasanya, setiap aplikasi dijalankan dan memiliki server sendiri. Sebuah server pusat mengatur jalannya siste, seperti memonitor lalulintas, dan permintaan client untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik.
                Bila sebuah perusahaan cloud computing memiliki banyak clien, maka kebutuhan akan ruang penyimpanan data pun akan membengkak. Sistem cloud computing paling tidak membutuhkan ruang penyimpanan data dua kali lebih besar daripada kebutuhan rill untuk membuat salinan semua data client. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kehilangan data bila terjadi pada media penyimpanan utama.
Contoh Software untuk cloud computing (berbasis OpenSource):
Ubuntu Enterprise Cloud (UEC)
Proxmox
OpenStack
OpenNebula
Eucalyptus



1 komentar: